Lompat ke konten

Dapat Gebetan Berkat Sedia Payung Sebelum Hujan

rainy day hujan

Tema 1minggu1cerita kali ini adalah HUJAN. Kebetulan tema setiap awal bulan bersamaan dengan bulan Desember, pas banget musim hujan. Kalau kata Eyang saya, Desember itu gede-geDenya SuMber. Mungkin maksudnya hujan paling sering dan paling deras.

Walaupun demikian mulanya tak ada ide mau cerita apa di artikel bertema ini. Cerita cucian tidak kering, sepertinya kurang greget. Lagipula kering-kering saja sih kalau saya. Soalnya kalau musim hujan, memang dijemurnya di teras, biarkan saja dikeringkan oleh angin.

Curhat ke Mama Bara, karena dia tanya, apakah saya masih ikut 1minggu1cerita, soalnya temannya sudah tidak lagi. Terus dia mengingatkan, lho, kan Ibu ingin sekolah di Bandung, karena ingin hujan-hujanan. Cerita itu saja. Saya pengen tuh bikin komiknya, tapi belum aja, sambungnya lagi. Saya mau cerita gara-gara hujan jadi dapat gebetan.

Alkisah

Jadi ceritanya begini.
Sejak usia sekolah, saya kalau ke sekolah selalu diantar supir, karena jarak sekolah ke rumah lumayan jauh. SD di sekitar Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, rumah di Cipinang Kebembem, Jakarta Timur. Sempat sih belok sekolah di luar negeri, karena ikut ayah tugas. Kembali lagi ke Indonesia, SMP di seputaran jalan Cikini, dan SMA di jalan Batu, seberang Stasiun Gambir.
Tetap saja ke sekolah diantar supir, antara supir ayah saya, supir bus, supir mikrolet, supir bajaj.
Sambung diantar supir becak ya sering, bahkan pernah terguling. Untung tidak kecemplung kanal berair hitam pas dibelokan jalan Cipinang Kebembem di belakang RS Persahabatan.

Jadi ingin banget merasakan pergi ke sekolah, jalan kaki. Kayak apa ya rasanya jalan kaki hujan-hujanan pakai payung. Sepertinya ajib lah …
Terus wangi tanah yang baru kena air hujan. Pasti tahu kan … Buat orang lain, bau tanah kali …

Nah, ketika diterima di perguruan tinggi, saya diterima di dua univeritas di Jakarta, dan di sebuah institut di Bandung. Saya pun memilih ke Bandung, alasannya, jurusannya sesuai yang dicita-citakan. Padahal sebetulnya, sih, ingin jauh dari orangtua. Alhamdulillah, boleh. Lagipula zaman itu, SPP dan uang kos masih puluhan ribu.

Akhirnya saya pun kuliah di Bandung, dan dapat kos-kosan di jalan Mundinglaya, di belakang PDAM jalan Badaksinga. Kalau ke kampus, rutenya lewat jalan Tamansari atau jalan Cikapayang belok Ciungwanara.
Jalan kaki tentu saja.
Waktu itu awal kuliah bulan Januari/ Februari, belum bulan September.
Cocok kan, masih agak-agak ada hujan.
Tercapailah cita-cita saya, jalan kaki ke sekolah (kuliah), merasakan nikmatnya jalan kaki kehujanan dan pakai payung.
Aduh, norak yah …

Gebetan

Apa hubungannya antara gebetan dan sedia payung sebelum hujan?
Itu tadi, di dalam tas, tentu saja selain perlengkapan kuliah, saya selalu membawa payung lipat.
Payung lipat berwarna biru, sesuai dengan warna tas. Halah …

Waktu itu, di kampus, bagi mahasiswa baru ada OS (orientasi studi). Semacam ospek. OS nya ada dua, OS I dan OS II.
Oh iya belum cerita. Di kampus saya, begitu diterima sebagai mahasiswa, belum masuk sesuai jurusan yang diinginkan, baru mahasiswa fakultas tertentu. Tahun pertama ada masa TPB (tahun pertama bersama). Sekarang juga masih ada, tetapi waktunya 2 semester.

Nah, zaman saya, ada 3 semester. Semester awal, namanya Matrikulasi. Jadi kami tersebar rata ke kelas M. Setelah satu semester, naik peringkat ke kelas T, singkatan dari TPB.
Setelah itu baru ke jurusan yang diinginkan, itu pun lihat IP nya. Kalau tidak memenuhi IP minimal, harus mengulang TPB, selama 2 semester.

Kalau tidak salah, diangkatan sayalah terakhir ada Matrikulasi.
Tahun-tahun berikutnya langsung kelas TPB.
Kenapa ditiadakan? Karena ada perubahan kurikulum secara nasional, kemudian juga ada demo mahasiswa besar-besaran anti pemerintah, sehingga kampus ditutup.

Maaf ya jadi belok dulu cerita sejarah.

Balik lagi ke OS I dan OS II.
OS I itu ospek seperti kalau kalian diterima di perguruan tinggi macam perploncoan itu lah. Datang pagi buta, disuruh bawa aneh-aneh, dibentak-bentak oleh kakak senior (yang ternyata pas sudah mulai kuliah, dia mengulang matakuliah bareng bersama mahasiswa baru), rambut dipitain 8 titik, dan sebagainya.
Durasinya paling seminggu. Nanti di akhir OS I ada masa penutupan.
Sekarang masih ada tidak ya?

Nah, kalau OS II, mahasiswa baru wajib ikut kegiatan ekstra kurikuler unit-unit yang ada di kampus. Penyelenggaraan OS II lamanya 3 bulan. Sedang pilihan unitnya harus 2 unit, gabungan antara olahraga-kesenian-sosial. Kadang pilihan unit tak sesuai harapan sih. Saya dijebloskan ke unit UKSS (Unit Kesenian Sulawesi Selatan) dan Hockey (saya jadi kiper).
Setelah masa 3 bulan, ada yang namanya Malam Iota Tau Beta, kami menampilkan yang sudah dipelajari selama 3 bulan tersebut. Saya nari dong.

Latihannya kapan? Ya di antara jam kuliah.
Selain kuliah, praktikum, ikut OS II, ada lagi jadwal ceramah di Aula Barat.

Praktis jadwalnya padat, tetapi bertemu teman-teman beda jurusan ya ada juga, pas jam kumpul di Student Center atau di Aula Barat itu.

In the mean time, beruntungnya saya jalan kaki dari kampus ke tempat kos, adalah seseorang yang rupanya mendapat info tentang saya, lalu menghampiri dan menegur.
Saya yang masih culun berbunga-bunga lah.

Mungkin karena saya yang penasaran. Setiap ada ceramah di Aula Barat, saya berharap ketemu atau lihat sosoknya. Halah …
Sampai pada suatu hari, saat sedang menunggu waktu ceramah dan berdiri di lapangan Aula Barat.
Tampaklah sosok itu. Hmm … tapi sedang ngobrol asyik dengan teman-temannya, teman-teman perempuan pula.

Kalau saya berdiri saja arah jam 12, kan tengsin juga, nanti dikira nungguin, padahal memang nungguin.
Maka … saya pura-pura mencari payung kesayangan, seolah sibuk membuka tas. Padahal ya … tidak perlu dicari sebetulnya, dirogoh saja langsung dapat.

Rupanya saya yang berdiri sambil mencari sesuatu di dalam tas, menarik perhatian seseorang tadi.
Datanglah dia menghampiri dan menegur.
Sukses! Dapet deh gebetan …

Mau tahu akhir dari kisah ini?
Ya seseorang itu tadilah yang sampai sekarang menjadi pendamping hidup saya.
Ditertawakan anak-anak sih kisah saya. Kata mereka, kuno banget caranya, pura-pura nyari sesuatu.

Sepertinya yang baca sekarang, juga senyum geli nih …

sumber foto: pixabay

Bandung, 7 Desember 2018

8 tanggapan pada “Dapat Gebetan Berkat Sedia Payung Sebelum Hujan”

  1. wuah,,kisahnya so sweet banget
    cuit..cuit heheheh
    bsk2 kalo punya calon gebetan cara diatas bs dipake neh.. nyari2 sesuatu di tas.. pas si gebetan datang,terus ditanya lagi nyari apa, saya akan jawab “lagi nyari hati kamu” hahah

  2. saya juga dulu dikampus ada TPB dulu, Tahap Persiapan Bersama.. beda zaman beda kepanjangannya kali ya bu? hehe.. dan iya cuma 2 semester skrg.

    selalu seneng sih denger kisah cinta orang lain, kebetulan saya sekarang jadi supir wedding car jadi suka kepo nanya2 gtu ke calon pengantin, kenal dimana sama pasangannya.. seru seru ceritanya..

    1. Eh…apa emang singkatannya Tahap Persiapan Bersama ya? Haha…udah lupa kepanjangannya juga sih.
      Iya sih…suka kepo. Baru-baru ini tetangga menikahkan anaknya. Ternyata, anaknya dapat jodoh teman sebangkunya zaman SMA. Padahal udah 12 tahun engga pernah ketemu.

      Makasih ya sudah mampir…

  3. Yang ini jadul tapi romantis lho mbak Hani. Hujan pembawa berkah hehe Gara-gara rajin ngintip blognya mbak Hani nih saya jadi tertarik ikutan mbak merapat ke 1m1c 🙂

  4. Pingback: Inilah Jemparingan Gaya Panahan Tradisional, Memanah Sambil Bersila - blog hani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

DMCA.com Protection Status